Karena nila setitik, rusak susu
sebelanga. Peribahasa yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Dan memang
peribahasa itu benar adanya. Artinya, makna dari peribahasa itu benar-benar
terjadi dalam kehidupan nyata.
Memang, sudah menjadi ‘hobi’ setiap
manusia kalau membicarakan masalah keburukan orang. Kebanyakan orang lebih
mudah dalam mengingat keburukan orang lain dibandingkan kebaikannya. Tak perlu
menyangkal! Itu sudah ketentuan mutlak bagi kebanyakan orang. Iya! Memang tidak
semua orang seperti itu, tapi rata-rata (kebanyakan – red) orang lebih menyukai
pembicaraan yang melibatkan keburukan orang lain.
Imbas sebuah penilaian negatif berujung sangat rumit. Dalam
konteks individu yang berdiri sendiri, sekali dia berbuat buruk, selamanya akan
‘dicap’ buruk. Meskipun tidak selamanya melakukan perbuatan buruk, tapi
penilaian awal tersebut masih tetap berlaku. Sedangkan, dalam konteks individu
dalam sebuah kelompok atau organisasi, satu orang saja melakukan sebuah keburukan,
semua orang di kelompok tersebut akan terkena dampaknya. Satu buruk, semua
‘dicap’ buruk.
Ini hanya pendapat saya saja: penilaian yang semacam itu adalah tidak benar
dan tidak dibenarkan. Setiap orang memang berhak menilai. Silakan menilai apa
aja, terserah! Tapi sekali lagi saya tegaskan, saya sangat menolak penilaian
yang semacam itu. Begitu mudahnya menggeneralisir keburukan sebuah kelompok
hanya dari keburukan satu anggotanya saja.
Bayangkan, misalnya kalian adalah anggota
sebuah kelompok atau organisasi. Tiba-tiba salah satu dari anggota kelompok
kalian itu melakukan sebuah hal yang sangat buruk di mata umum. Lalu banyak
orang menggeneralisasi bahwa semua orang di kelompok tersebut buruk. Apakah
kalian terima? Pasti tidak (jika kalian termasuk orang yang baik dan masih
punya otak). Yang buruk kan cuma satu, sedangkan yang baik pasti lebih banyak.
Kalau penilaiannya hanya menggeneralisir pada yang jelek, terus bagaimana
dengan yang baik? Tidak dihargai sama sekali bukan? Jika kalian di posisi itu, apakah
kalian mau? Mau nggak?
Baiklah! Di antara sesama memang harus
ada toleransi. Sebelum kata berucap, harus dipikirkan terlebih dahulu. Sebelum
memberikan penilaian, pahami dahulu permasalahannya. Setelah memahami,
bayangkan jika kalian di posisi itu. Nanti sikap toleransi itu akan muncul
dengan sendirinya. Pesan saya: Jangan menggeneralisasi sebuah kelompok hanya
dari satu atau dua anggotanya. Kenali semuanya kalau perlu. Ketika satu buruk,
kenali dulu yang lain. Setelah tahu semuanya, barulah memberikan penilaian.
Nah, penilaian semacam itulah yang menurut saya adalah penilaian yang bagus.
Penilaian yang berdasarkan kenyataan, bukan penilaian yang berdasarkan
penggeneralisasian.
(No. Post:
O-01/CBDA.22/BLOGGER/2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar